Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

My Grandmother Asked Me to Tell You She’s Sorry, Fredrick Backman

Detail Buku Judul: My Grandmother Asked Me to Tell You She’s Sorry Judul asli: Min mormor hälsar och säger förlåt Penulis: Fredrick Backman Penerjemah: Jia Effendie Penerbit: Penerbit Noura (Mizan Group) Tebal: 496 hlm Cetakan: I, November 2016 “Hanya orang-orang berbeda yang mengubah dunia. Tidak ada orang normal yang mengubah apa pun. ”(hal 115) Memiliki seorang nenek yang memiliki imajinasi yang kaya dan gemar mendongeng adalah satu keberuntungan yang tidak dimiliki oleh semua anak kecil. Itu yang dirasakan Elsa, gadis kecil yang baru 7 tahun, dan neneknya sudah lanjut, 77 menuju 78. Neneknya telah mendongeng sejak lama, nyaris sepanjang umur Elsa. Melalui dongengnya, Nenek membawa Elsa ke Miamas, sebuah kerjaan di Tanah-Setengah-Terjaga, dunia rekaan sang nenek. Dalam menyampaikan dongengnya, sang nenek memaikai bahasa rahasia yang hanya dipahami mereka berdua, sehingga orang lain tak dapat mencuri dengar apa yang mereka ceritakan. Polisi dibuat bingung ketika mereka memaka

Ini Soal Tenun Kebangsaan. Titik!

oleh: Anies Baswedan (terbit di Harian Kompas,  11 September 2012) Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, melindungi setiap anak bangsa! Tak penting jumlahnya, tak penting siapanya. Setiap orang wajib dilindungi. Janji pertama Republik ini adalah melindungi segenap bangsa Indonesia. Saat ada warga negara yang harus mengungsi di negeri sendiri, bukan karena dihantam bencana alam tapi karena diancam saudara sebangsa, maka Republik ini telah ingkar janji. Akhir-akhir ini nyawa melayang, darah terbuang percuma ditebas oleh saudara sebahasa di negeri kelahirannya. Kekerasan terjadi dan berulang. Lalu berseliweran kata minoritas, mayoritas dimana-mana. Perlindungan minoritas dibahas amat luas.

Big Breast Wide Hips, Mo Yan

(sumber: goodreads.com) Meski edisi terjemahan bahasa Indonesia novelis peraih Nobel Sastra ini sudah lama terbit, namun Serambi, si penerbit edisi Indonesia, sepertinya merasa perlu tetap mempertahankan judul edisi bahasa Inggris; Big Breast Wide Hips. Besar dugaan disebabkan karena tidak ingin membuat kekacauan publik atau huru-hara massa di tengah kehidupan sosial kita yang sudah terlanjur panas akhir-akhir ini. FPI dan ormas-ormas ‘lu harus nurut’ lainnya akan menggeledah toko buku yang kedapatan menjual novel ini dengan tuduhan pornografi, cabul dan merusak moral anak bangsa. Bagaimana tidak, jika dialihbahasakan ke bahasa Indonesia, maka ada tiga kemungkinan judul yang bisa dipakai: 1.        Payudaya Besar Pinggul Lebar 2.        Payudara Molek Pantat Yahud 3.        Toket Gede Pantat Besar alias Toge Pasar

Manajemen Belok Kanan

(sumber: alamy.com) Oleh : B Herry Priyono Beberapa waktu lalu saya bersama seorang teman lewat satu lokasi jalan di Jakarta Pusat. Di pinggir jalan itu terpampang spanduk besar dengan tulisan "Komunis Datang, Kami Siap Menyerang!" Ketika ia membuat saya menengok ke tulisan itu, saya tidak tahan untuk tidak tertawa geli lalu bilang, "Itulah paranoia hari-hari ini, bukan cuma basi, tapi juga buang-buang energi." Gejala paranoia biasanya terungkap dalam tindakan aneh-aneh ketidakwarasan mental, ditandai oleh delusi tentang bahaya rekaan yang memburu. Maka, orang-orang yang mengidap paranoia ibarat melihat anak kucing sebagai harimau pemangsa. Ketika diberi tahu, bahkan oleh para ahli, bahwa itu anak kucing yang tak berdaya, penderita paranoia justru makin meneriakkan ancaman harimau pemangsa. Itulah mengapa menganggap serius penderita paranoia sungguh buang-buang usia. Masalahnya, paranoia sering menjadi bagian taktik propaganda, dengan hasil terbelahnya k

The Girl on The Train, Paula Hawkins

(sumber: amazon.com) Apa jadinya jika sebuah cerita disampaikan oleh narator yang tidak dapat dipercaya? Yang sebagian besar cerita disampaikan ketika doi lagi mabok? Besar kemungkinan kita, sebagai pendengar/pembaca, dibuat bingung dengan kerutan di dahi sambil terus bertanya ’apa yang sebenarnya terjadi?’. Demikianlah cerita thriller The Girl on The Train ini dinarasikan. Rachel, narator utama selain beberapa narator lainnya, adalah seorang perempuan 30-an yang setiap hari naik komuter dan melewati beberapa rumah yang sangat ia kenal. Namun, di awal cerita, Mbak Rachel ini membuat imajinasi sendiri tentang rumah tersebut dan penghuninya. Ia mengarang sendiri cerita indah tentang rumah tersebut sebagai bentuk keputusasaan atau ketidakpuasannya atas realita hidup yang dijalaninya. Dalam pengembaraan imajinasinya tersebut, si Mbak Rachel ini semakin tidak bisa dikenali mana khayalan mana kenyataannnya. Batas antara imajinasi dan realitas menjadi samar belaka. Untungnya P

Menemukan Jati Diri melalui Ekstase dan Kontemplasi

(sumber gambar: bacabaca.co) Detail Buku Judul: Panggilan Hati Judul asli: The Calling: Unleash Your True Self Penulis: Priya Kumar Penerjemah: Nadya Andwiani Penerbit:  Baca Tebal: 228 hlm Cetakan: I, Maret 2017 ISBN: 978-602-6486-08-0 “Penyesalan bagi kehidupan itu sama seperti rayap bagi kayu. Ia akan menggerogoti dan menghancurkanmu.” (hal 30) Tak selamanya bencana merupakan kutukan pembawa sial. Ada kalanya kejadian naas yang menimpa hidup seseorang dapat mengantarkannnya menuju ruas hidup yang lebih baik. Atau memberinya kesempatan melakukan refleksi yang melahirkan gagasan cemerlang yang tak pernah terpikir sebelumnya. Sengsara membawa nikmat. Begitu kira-kira titah para tetua.

Does God Exist? : The God Delusion Book Review

(amazon.com) The question about the existence of god has become an eternal question in human history. It is a subject of debate in philosophy, religion, science and popular culture. A wide variety of arguments for and against the existence of God can be categorized as metaphysical, logical, empirical, or subjective. In philosophical terms, the notion of the existence of God involves the disciplines of epistemology (the nature and scope of knowledge) and ontology (study of the nature of being, existence, or reality) and the theory of value (since concepts of perfection are connected to notions of God). I start questioning about God since I encounter many incompatibilities between scripture and science. I don’t deny that many scientists are so religious, but they have compartmentalized their brains into two sections that don’t talk to each other. Since I used to think sceptic and critically, it’s not easy to accept the unproven facts. I start searching other perspectives by read

Ilusi dan Perlawanan Seorang Vegetarian

                                                     (sumber gambar: goodreads.com)     Jika Gregor Samsa terbangun suatu pagi dari mimpi buruk dan mendapati dirinya berubah menjadi seekor kecoa yang menakutkan, maka Young Hye terbangun dari mimpi buruknya dan menyambangi kulkas untuk kemudian membuang seluruh daging di dalamnya. Ia, dengan suatu alasan ganjil: mimpi buruk, tiba-tiba memutuskan menjadi seorang vegetarian dalam satu malam yang kelak memunculkan petaka di tengah keluarganya.     Meski ada beberapa kesamaan nada dan ekspresi dalam novel ini dengan Metamorfosis-nya Franz Kafka, namun Vegetarian menyajikan kebaruan dan semangat perlawanan atas nilai dan norma yang dianggap mapan dan baku dalam masyarakat. Novel karya penulis Korea Selatan ini, Han Kang, memenangi Man Booker International Prize 2016 dengan menyisihkan penulis terkemuka lainnya seperti dua penerima Nobel Sastra, Orhan Pamuk dan Kenzaburo Oe, serta  novelis tanah air paling bersinar, Eka Kurniawan. Y

Endless Struggle in Nobody’s Children

(goodreads.com) "There's still hope, there's still a light at the end of the tunnel"                         The children abandonment is one major problem in urban life. Street children, another term for them, is one of the consequences of poverty in which many countries face and try to deal with. Many causes of this social phenomenon, some of them are parent divorce, abandoned children due to poverty, breakdown of homes and family and some children leave their home to avoid a ‘honor crimes’ or arranged married. They are often subject to sexual abuse, neglect, exploitation and drug abuse. The street children can be found in a large majority of the world’s cities. According to a report from UNICEF, it’s estimated 100 million children were growing up on urban streets around the word.                         The hard livelihood of street children is well depicted in a novel written by a young Czech author, Hana Hindrakova. Nobody’s Children, the titl

Destination Unknown, Agatha Christie

(sumber gambar: amazon.com) Seorang pencerita ulung adalah seorang yang dapat memaksa pembaca terus duduk dan membalikkan halaman bukunya hingga halaman terakhir. Dan Agatha Christie adalah salah satu  dari sedikit pengarang seperti itu. Setiap kali ia memulai cerita, setiap itu pula kita akan dipaksa untuk terus mendengarnya hingga cerita usai. Selain kekuatan narasi dan alur yang tak bertele-tele, salah satu kekuatan yang dimiliki Agatha Christie adalah kemampuannya membuat banyak enigma yang tak kunjung terungkap. Dan setiap teka-teki yang dihamparkannya sejak kalimat pembuka, bukanlah jenis teka-teki murahan belaka, melainkan sesuatu yang menumbuhkan keinngintahuan pembaca akan jawaban dari enigma itu. Destination Unknown bercerita tentang seorang ilmuwan nuklir yang tiba-tiba menghilang, Diduga ia diculik oleh blok timur (Uni Sovyet), dalam situasi perang dingin. Jessop, seorang polisi detektif yang mengepalai kasus ini, memanfaatkan Hillary Craven, seorang wanita yang ingin m

Makna Asketisme di Balik Narasi Fantasi Semua Ikan di Langit

sumber gambar: goodreads.com “ Pada suatu hari, seekor ikan julung-julung membawa saya terbang. ”(hal 2) Cerita fantasi terkadang tidak hanya berpijak di atas landasan khayalan dan imajinasi liar penulis belaka. Adakalanya, sebagaimana didedahkan John Clute and John Grant dalam The Encyclopedia of Fantasy, kisah mitologi dan simbol-simbol religiositas dapat pula jadi bantalan ketika cerita dilentingkan. Sehingga, merujuk mereka, dibalik teks-teks fantasi, akan selalu didapati makna-makna partikular yang bersembunyi dibalik simbol-simbol yang digunakan pengarang. Mungkin pada mulanya adalah George MacDonald yang pertama kali meneroka lanskap fantasi bagi ranah kesusastraan di pertengahan abad ke-19. Ia, melalui The Princess and The Goblin, memukau pembaca sastra Inggris dengan menghadirkan suatu gaya bertutur dan isi cerita yang baru. Sesuatu yang lain. Melalui cerita tentang cerita seorang putri raja yang hidup kesepian di istana di puncak gunung, MacDonald membuat wilay

Hikayat Pejuang Anarkis dalam Revolusi Bolshevik

Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. (Lord Acton, surat kepada Uskup Mandell Creighton, 1887) Revolusi Bolshevik yang terjadi pada 1917 dan menjadi bagian dari dua gelombang Revolusi Rusia telah meruntuhkan rezim Dinasti Tsar yang telah berkuasa selama lima abad lebih, dan merubah wajah Rusia hingga beberapa dekade setelahnya. Revolusi yang dikenal juga sebagai Revolusi Oktober, melahirkan Republik Sosialis Uni Soviet dan menggantikan Provisional Government (Pemerintahan Sementara) yang dibentuk setelah pemberontakan gelombang pertama yang menumbangkan Dinasti Tsar pada Februari tahun yang sama. Tak lama setelah dua gelombang revolusi dan pengalihan kekuasaan ke kaum Bolshevik, Perang Sipil Rusia pecah dan berlangsung hingga 1922. Meski secara ontologis Revolusi Bolshevik, dan Revolusi Rusia dalam skala mundial,  terpisah dari situasi waktu dan dimensi kita saat ini, namun banyak pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut. Kediktatoran p

Ngaleut Sekolah Tempo Dulu: Napak Tilas Pendidikan Masa Kolonial

Siswa HKS ( Hogere Kweek School) di depan bangunan sekolah yang sekarang berfungsi sebagai Markas POLWILTABES Bandung (sumber: Wikipedia) “ Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia ,” begitu titah Nelson Mandela tentang pendidikan.   Dan sejarah peradaban manusia telah membuktikan bagaimana pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk dan memajukan sebuah bangsa. Hal pertama yang ditanyakan Kaisar Hirohito ketika Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantakkan bom atom di penghujung Perang Dunia II adalah, “Berapa guru yang masih kita miliki?” Ini adalah pernyataan legendaris Sang Kaisar yang memperlihatkan betapa pentingnya pendidikan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) bagi kebangkitan bangsa.              Pun dengan kebangkitan nasional Indonesia sebagai sebuah bangsa, tak terlepas dari peran penting pendidikan yang mulai berkembang secara sistematis dan terpadu sejak akhir abad kesembilan belas dan awal abad keduapuluh. Adalah Politik Etis yang

The God of Small Things, Arundhati Roy

Ini adalah novel pertama penulis India, Arundhati Roy, dan merupakan karya fiksi satu-satunya hingga sekarang. Buku ini terbit pertama kali di Inggris pada 1997 dan meraih Man Booker Prize pada tahun yang sama (dulu disebut Booker Mc Connell). Sejak terbit, buku ini mendapat tanggapan dari dua ‘kubu’ yang bertolak belakang: yang satu menyanjungnya setinggi langit dan yang lain menganggapnya “buku sampah yang tak harus dibaca”. Kebanyakan dari kelompok yang tak bisa menerima novel ini disebabkan adegan seksual yang tak bermoral dan hubungan seksual yang tak dapat diterima, selain isu-isu sosial yang menyerang adat istiadat yang telah menjadi tradisi masyarakat India, yang menjadi latar utama novel ini. Pada tahun terbitnya novel ini, seorang pengacara India menggugat Arundhati Roy , atas nama ‘kepentingan umum’, ke pengadilan karena adega seks yang jorok pada novelnya ini dan dituduh dapat merusak moral anak muda. Hiruk pikuk yang muncul setelah novel ini beredar di India, mem

Aku Ingin Membuat Jalan

Jalan adalah tempat kau menguji keberuntungan dengan menyeberanginya. Tapi aku lebih suka menyusurinya. Berjalan di tepi-tepi demi banyak kemungkinan yang bersembunyi di setiap lekuknya. Aku telah menapaki semua jalan yang pernah dan akan dibuat. Dan aku tak pernah lelah. Jalan setapak, jalan raya, hingga jalan ke angkasa. Dari jalan paling luas menuju istana negara, hingga jalan paling sempit menuju rumah ibadah. Aku terlahir tak bersepatu dan besar menjadi pejalan kaki. Kau pernah ingin menjadi sepatu bagiku. Kubilang, “Tak perlu. Itu hanya membuatmu menderita“. Kau diam. Lalu kau berubah menjadi lukisan yang dipajang ibumu di rumah. Tiba-tiba aku merasa gundah. Tak ada jalan yang betul-betul lurus. Tidak juga jalan ke tempat kau belajar mengaji. Telapak kakiku telah mendengarkan semua cerita yang kau simpan di dalam badan jalan. Ibuku hanya mengajarkanku cara berjalan, tapi kau menyuruhku berlari. Maka aku akan menyelinap ke dalam mimpimu sebaga

Terbaik Terbaik, 2016

Tahun 2016 telah berlalu dan meninggalkan banyak kesan bagi dunia literasi Indonesia. Meski pada tahun itu, kita pun agak sedih ketika Unesco merilis hasil survey mereka mengenai minta baca warga dunia. Mereka mengungkap, dalam laporannya, bahwa minta baca penduduk Indonesia hanya 0,001% dalam arti hanya ada 1 orang diantara 1.000 penduduk Indonesia yang dikategorikan sebagai ‘pembaca serius’. Data tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 61 dari 62 negara yang disurvey. Menyedihkan sekali, sebetulnya. Namun demikian, ada juga berita-berita perbukuan yang membuat kita sedikit bangga. Diantaranya, kembalinya Indonesia berpartisipasi dalam Frankfurt Book Fair 2016 setelah tahun sebelumnya Indonesia menjadi tamu kehormatan ( Guest of Honour ) untuk pertama kali. Setidaknya, itu adalah salah satu cara bagi kita untuk menggiring dunia literasi kita masuk dalam sorotan pembaca dunia. Tidak kurang 300 buku karya penulis dalam negeri dipamerkan dalam helatan buku paling prestisius te

Cinta Sepuh yang Telat Berlabuh

“Usia bukan masalah berapa umurmu, tapi bagaimana kau merasakan ketuaan itu.” (Gabriel Garcia Marquez, “Para Pelacurku yang Sendu”, hal. 62) PARA PEMBACA SASTRA di tanah air seharusnya bergembira dengan kondisi saat ini ketika karya-karya kanon sastra dunia semakin ramai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terlebih dalam beberapa tahun terakhir, karya-karya penulis Amerika Latin yang dikenal dengan suguhan realisme magis semakin banyak dialihbahasakan seiring semakin banyak pula peminatnya. Gabriel Garcia Marquez adalah salah satunya. Gabo, sebagaimana ia biasa dipanggil, adalah salah satu peletak tonggak penting dalam khasanah kesusastraan Amerika Latin. Ia melanjutkan fenomena Latin American Boom periode 1940-1960an dengan salah satu adikaryanya Cien a ñ os de soledad ( One Hundred Years of Solitude/Seratus Tahun Kesunyian ). Gayung bersambut, penerbit dalam negeri pun berlomba-lomba merilis terjemahan karya-karyanya. Tiap penerbit bisa memiliki alasan yang berbeda u